Partai Komunis di Palestina. |
Para sarjana dan sejarawan berselisih pendapat tentang asal-usul komunisme. Karl Marx berpendapat, komunisme sudah ada sejak dahulu kala dan dipraktekkan oleh kelompok-kelompok suku hunters dan gatherers (hunting-gathering society atau “foraging society”).Marx menyebut mereka sebagai “masyarakat komunis primitif” karena pola hidup mereka, meskipun simpel, bertumpu pada azas egalitarianisme dan kolektivisme atau komunalisme. Ada pula sarjana (seperti Richard Pipes) yang mengatakan asal-usul komunisme itu dari Yunani Kuno. Yang lain menyebut komunisme berasal dari Gerakan Mazdak di Persi pada abad ke-5 M.
Apapun sejarah asal-usulnya, yang jelas, secara konseptual, komunisme itu tidak ada hubungannya dengan ateisme yang selama ini disalah pahami oleh banyak pihak. Bahwa ada orang komunis yang ateis memang iyyess tetapi tidak semua pendukung komunisme itu ateis.Banyak dari mereka yang berasal dari kelompok agama alias “kaum teis”. Sebagai sebuah filosofi, ideologi, dan gerakan sosial-politik-ekonomi, komunisme bersifat lintas-agama, lintas-etnis, dan lintas-suku bangsa.Itulah sebabnya di “Indonesia” dulu, ada sejumlah tokoh Muslim yang menjadi pendukung komunisme.
Yang paling populer adalah Haji Muhammad Misbach(w. 1926) dari Surakarta yang dijuluki “Haji Merah”. Beliau dulu getol mengkampanyekan komunisme dan organisasi komunis sebagai medium perlawanan terhadap Belanda sehingga ia dibuang atau diasingkan oleh pemerintah Belanda.Haji Misbach yang juga anggota Sarekat Islam itu juga getol berdakwah tentang relevansi Islam dan komunisme. Tokoh Muslim lain yang komunis-sosialis adalah Tan Malaka alias Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka yang sangat cerdas sekali.Di Timur Tengah, komunisme berkembang sejak 1920an setelah Revolusi Bolshevik tahun 1917 yang dipimpin oleh Vladimir Lenin yang berhasil menumbangkan kekuasaan para Tsar dan menandai berdirinya Uni Soviet.
Pendukung komunisme di Timur Tengah berasal dari berbagai agama dan etnis: Yahudi, Kristen, Muslim, Arab, Kurdi, Persi, Azeri, Armenia, dlsb. Komunisme tersebar di berbagai negara: Mesir, Irak, Iran, Suriah, Palestina, Libanon, Yordania, Maroko, Ajazair, dlsb.Beberapa tokoh beken Timur Tengah pendukung komunisme kala itu termasuk Husain al-Rahhal (tokoh Marxist Irak pertama), Joseph Rosenthal (Yahudi kelahiran Palestina tapi aktif di Mesir), Mahmud Husni al-Urabi (tokoh Muslim), Anton Marun (tokoh Kristen Koptik), Radwan al-Hilu yang kemudian menjadi Sekjen Partai Komunis Palestina. Tokoh lain adalah Fu’ad al-Shamali dan Yusuf Yazbak (keduanya tokoh partai komunis di Libanon), Emile Habibie, Bulus Farah, Mukhlish Amr, dan masih banyak lagi.
Bagaimana kisah perjuangan mereka mengkampanyekan komunisme di Timur Tengah, dan bagaimana peran Amerika Serikat untuk menggembosi pengaruh komunisme di Timur Tengah guna melapangkan jalan kapitalisme?Dalam konteks Arab dan Timur Tengah, munculnya gerakan komunisme (Bahasa Arab: “syayuiyyah”) itu sudah terjadi sejak 1920-an, pasca Revolusi Bolshevik pimpinan Lenin tahun 1917 yang berhasil menggulingkan rezim Tsar yang menandai berdirinya Uni Soviet.Kini, Soviet sudah almarhum dan berkeping-keping menjadi puluhan negara.
Russia sebagai “penerus” Soviet tidak lagi bisa disebut sebagai “rezim komunis”karena ada banyak perubahan fundamental yang terjadi disini menyangkut sistem politik-pemerintahan dan sosial-ekonomi .
Simpatisan Komunis Palestina sama-sama memperjuangkan pembebasan Palestina dari Zionis Israel. |
Ada banyak sarjana yang sudah mengulas tentang asal-usul, sejarah dan perkembangan komunisme di Arab dan Timur Tengah ini. Kalau berminat, silakan baca karya-karya Tareq Ismael, Harold Cubert, Musa Budairi, Rifa’at El-Sa’id, Ilana Kaufman, Joel Beinin, Sami Hanna, SM Agwani, dan masih banyak lagi.Di antara mereka, Tareq Ismael yang paling spesial karena betul-betul spesialis di kajian komunisme dan sosialisme di Arab dan Timur Tengah yang telah menulis sejumlah buku penting seperti “The Communist Movement in the Arab World”, “The Communist Movement in Syria and Lebanon”, “The Arab Left”, “The Communist Movement in Egypt,” “The Sudanese Communist Party”, dlsb.
Embrio komunisme di kawasan Arab dan Timur Tengah bermula dari gerakan politik yang dilakukan oleh para mahasiswa dan buruh Turki di Jerman yang ikut bergabung dalam aksi protes yang dipelopori oleh Partai Komunis Jerman pada tahun 1919.
Sebagian mereka kemudian mendirikan Partai Petani dan Buruh Turki. Gerakan komunisme di Jerman juga berhasil memikat Husain al-Rahhal yang dijuluki sebagai tokoh Marxist pertama Irak.Di Mesir, “trio” Yahudi-Muslim-Kristen Koptik (Joseph Rosenthal, Mahmud Husni al-Urabi, dan Anton Marun) mendirikan Partai Sosialis Mesir pada tahun 1921.
Mahmud Husni al-Urabi adalah alumnus Moscow, Soviet, yang kemudian menyulap Partai Sosialis menjadi Partai Komunis di Mesir.Sementara itu di Palestina, Radwan al-Hilu yang juga “didikan Moscow” adalah tokoh di balik gerakan “Arabisasi” Partai Komunis Palestina. Ia menjadi tokoh sentral PKP (Partai Komunis Palestina) karena mendapat restu dari pimpinan Comintern, organisasi internasional partai-partai komunis untuk megarabkan PKP yang sebelumnya dikuasai Yahudi.
Revolusi Arab dari tahun 1936 sampai 1939 menyebabkan Partai Komunis Palestina pecah menjadi sejumlah kelompok / organisasi independen seperti National Liberation League yang didirikan oleh Bulus Farah.Di Libanon dan Suriah, pendirian Partai Komunis dipelopori oleh Fu’ad Shamali dan Yusuf Yazbak. Di Iran, pendirian Partai Komunis dipelopori oleh para tokoh Muslim dan gerilyawan Jangali. Mereka sempat mendirikan Republik Iran Sosialis Soviet di Gilan. Sementara itu di Irak, pentolan Partai Komunis-nya adalah Salman Yusuf Salman.
Sejauh ini ada 7 partai komunis yang berdiri di timur tengah seperti Popular Front of Liberation Palestine (PFLP) di Palestina, Syrian Communist Party di Suriah, Communist Party of Afghanistan (CPA) di Afghanistan, National Liberation Front (NLF) di Bahrain, Egyptian Communist Party (ECP) di Mesir, Communist Party of Iran di Iran, dan juga Iraqi Communist Party di Irak.
Bergabungnya para tokoh, pemikir, dan aktivis Islam, Kristen, dan Yahudi dalam komunisme di Arab dan Timur Tengah menunjukkan bahwa komunisme memang tidak ada hubungannya dengan ateisme seperti sudah berulang kali di tegaskan karena keduanya memang sebuah konsep, filosofi, dan ideologi yang berbeda.Jadi, kalau masih ada yang menyamakan antara komunisme dan ateisme, mereka betul-betul mengalami “gagal permanen” dalam memahami komunisme dan atheisme.
No comments:
Post a Comment